Archive for Warta Minggu

Kepala Keluarga yang meneladani Yesus

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak. Karena di dalam keluarga berkumpul beberapa orang yang tinggal bersama di bawah satu atap, maka perlu dikelola dengan keteraturan. Untuk itulah harus ada yang menjadi kepala. Seperti halnya mengelola sebuah lembaga atau organisasi yang memerlukan seorang kepala, pemimpin ataupun direktur, maka mengelola rumah tangga juga diperlukan seorang kepala keluarga. Ayah berperan sebagai kepala rumah tangga yang mencari nafkah, sedangkan ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga serta mendidik dan membesarkan anak-anaknya.

Hubungan antara kepala keluarga dengan anggota keluarga, dapat dilihat secara konkrit melalui hubungan antara Kristus dan jemaat. Kristus adalah kepala jemaat dan jemaat tunduk kepada Kristus. Hubungan Kristus dengan jemaat bukan menggunakan kekuasaan yang menuntut, melainkan melayani, demikian pula hubungan suami istri meneladani Yesus sebagai model pelayanan. Kasih antara Kristus dan jemaat merupakan contoh teladan kasih, pengorbanan, dan kesetiaan yang tidak terceraikan bagi kepala keluarga dan anggotanya. Ketika istri tunduk pada kepala keluarga dalam segala sesuatu dan setiap saat, bukan berarti karena kedudukan suami yang lebih terhormat sehingga martabat istri direndahkan. Namun karena kasih dan pelayanan dalam setiap kondisi dan situasi, baik suka maupun duka, seperti kepada Tuhan. Kasih seperti inilah yang mempersatukan seluruh keluarga. Begitu juga kasih seorang kepala keluarga kepada istri dan anak-anaknya. Ukuran kasih kepada istri adalah seperti suami mengasihi dirinya sendiri. Ketika kepala keluarga mengasihi istrinya, pastilah dengan pengorbanan dan merawatnya dengan penuh perhatian.

Maka sebagai pemimpin atau kepala keluarga, peran seorang ayah/suami harus menjadi role model bagi anggota keluarganya. Allah menghendaki agar setiap kepala keluarga mengikuti teladan pemberian diri Yesus yang total. Dengan mengikuti Yesus sebagi model pelayanan, kepala rumah tangga dipanggil untuk meneladani Yesus dalam memberikan perhatian dan pelayanan kepada anggota keluarga. Dalam rupa roti yang dipecahkan dan anggur yang dibagikan, Yesus menjelaskan apa artinya terlibat total dalam pelayanan. Dan setiap kali menyambut Ekaristi, suami dan istri diingatkan dan dikuatkan untuk saling mengasihi, selalu mengusahakan persatuan kasih dan rela berkurban demi kesatuan dan keutuhan keluarga.

Sebagai suami, sudahkan saya memimpin rumah tangga dengan meneladani Kristus yang melayani dan mengasihi jemaat-Nya, ataukah sewenang-wenang menguasai anggota keluaga karena mempunyai kedudukan yang lebih tinggi sebagai kepala keluaga? ***

Leave a Comment

Kelahiran Sang Raja

Setiap hari, pasti ada bayi yang lahir di muka bumi ini. Badan PBB bahkan memperkirakan bayi pertama yang lahir pada tanggal 31 Oktober 2011 merupakan manusia ke-7 miliar yang memenuhi planet bumi. Sejumlah negara pun menggelar acara khusus menyambut kelahiran penduduk bumi ke-7 miliar itu. Setiap kelahiran adalah dahsyat dan ajaib (Mzm 139:14). Maka berita kelahiran selalu disambut dengan penuh kegembiraan dan rasa syukur oleh orang tua dan sanak saudara terdekat. Begitu pula pada hari hari ulang tahun kelahiran, biasanya dirayakan dengan sukacita dan disertai pemberian kado kepada yang berulang tahun.

Pada hari Natal, segenap umat Kristiani juga memperingati hari ulang tahun kelahiran Yesus. Kelahiran Yesus menjadi momen paling fenomenal sepanjang sejarah manusia. Pemberian terbesar dan paling berharga yang pernah ada; karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal (Yoh 3:16).

Namun berita kelahiran Yesus sebagai Raja orang Yahudi, malah tidak diketahui oleh orang Yahudi sendiri. Raja Herodes beserta seluruh Yerusalem baru menyadari peristiwa besar mengenai kelahiran Sang Raja, ketika orang-orang majus dari Timur bertanya, “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?” Pertanyaan ‘di manakah’ semakin membuat Raja Herodes terkejut, karena orang-orang majus itu datang untuk melakukan pencarian Bayi Yesus, bukan lagi mempertanyakan ‘apakah’ memang ada raja yang baru lahir. Hal ini berarti orang-orang majus telah mengetahui kelahiran Yesus dan datang untuk menyembah Dia. Kelahiran Raja orang Yahudi yang baru ini, bahkan mendorong orang majus berjalan dari tempat yang jauh jauh dan tidak mengenal lelah, untuk datang menemui-Nya dan mempersembahkan barang-barang berharga kepada-Nya. Rasa hormat yang sangat tinggi justru ditunjukkan oleh orang-orang dari bangsa lain (bukan Yahudi). Orang-orang majus yang tergolong bangsawan, cendekiawan dan orang bijaksana, memberikan penghormatan kepada Bayi ini melebihi penghormatan kepada semua raja yang ada di dunia ini. Dan meskipun menemukan Raja yang mereka cari-cari itu berada dalam palungan di kandang domba, mereka tetap sujud menyembah Dia.

Dengan kesungguhan yang diperlihatkan orang-orang majus dalam mencari, mendapatkan dan menyembah Sang Raja itu, apakah mendorong saya untuk menunjukkan kesungguhan dan penghormatan ketika memperingati hari kelahiran-Nya? ***

Leave a Comment

Zakheus, pemungut cukai

Dalam menyambut masa Pra-Paskah 2012, tema pertama pada pendalaman kitab suci adalah TEMUKAN TUHAN YANG HADIR.

Bacaan diambil dari Lukas 19:1-10 yang berkisah tentang Zakheus.

Refleksi yang bisa dipetik dari perikop ini adalah:

  1. Usaha, tekad dan kesungguhan hati dari Zakheus untuk mencari dan menemukan Tuhan. Zakheus berusaha sungguh-sungguh untuk melihat dan mendekat kepada Yesus yang saat itu sedang memasuki kota Yerikho. Zakheus tidak duduk berpangku tangan, diam dirumah menunggu Yesus datang. Dia berusaha, berlari, mencari akal untuk mendapatkan posisi yang tepat untuk melihat Yesus.
    • Adakah kerinduan yang sungguh untuk bertemu dengan Yesus didalam Ekaristi ? Sejauh mana kita berusaha sungguh-sungguh untuk mengenal Yesus melalui Kitab Suci & Ajaran Gereja ?
  2. Sikap Zakheus yang mau dengan sungguh mencari dan melihat sosok Yesus memberinya kekuatan untuk mau melepaskan diri dari segala kelemahannya. Didalam upaya untuk mencari dan mengenal Yesus, sering kali menghadapi kendala. Kendala ini menghambat pencarian untuk melihat dan mengenal Yesus lebih jauh lagi. Tetapi meskipun Zakheus mempunyai kelemahan/ kendala (berbadan pendek), tetapi ada usaha untuk tetap mencari dan melihat Yesus. Kesungguhan yang besar ini akhirnya mengundang Yesus menawarkan diri-Nya untuk hadir di dalam rumahnya.
    • Apakah upaya kita untuk ke gereja dan mencari Yesus justru terkendala oleh sikap & kelemahan kita sendiri (rasa malas, gengsi, sombong, tidak ada waktu) ?
  3. Kehadiran Yesus di dalam rumah Zakheus akhirnya secara radikal merubah Zakheus yang kemudian berniat membangun kepedulian kepada sesama sekaligus membangun kembali relasi dengan sesamanya yang selama ini telah rusak. Zakheus bahkan menyerahkan setengah dari miliknya kepada orang miskin dan akan mengembalikan empat kali lipat kepada mereka yang telah diperasnya.
    • Adakah kehadiran Yesus  di dalam hati kita membawa perubahan dalam hidup kita untuk semakin peduli kepada sesama?

Tuhan memberkati.

Leave a Comment

Menolak Yesus?

Menolak Yesus?

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang pasti pernah melakukan penolakan. Ada yang menolak untuk menjadi ketua lingkungan, ada pula yang menolak ketika ditawari bantuan atau pertolongan. Banyak alasan orang menolak sesuatu, misalnya karena tidak percaya, ragu-ragu, belum siap, ataupun karena belum butuh suatu produk yang ditawarkan kepadanya. Tidak sedikit pula orang yang menolak hasil karyanya sendiri karena lebih menghargai dan mengagumi karya orang lain. 

Ketika Yesus kembali ke tempat asal-Nya di Nazaret dan mengajar di rumah ibadat, banyak orang yang takjub mendengar-Nya (Mrk 6:2). Mereka semua heran dan kagum akan pengajaran Yesus. Tetapi yang ironis, para pendengar tidak hanya takjub dan terkesan, melainkan mereka menunjukkan reaksi tidak percaya. Mereka pun bertanya-tanya: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya ini? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria?” Akhirnya kekaguman mereka beralih dengan cepat menjadi kekecewaan dan penolakan.

Mengapa reaksi penduduk Nazaret begitu cepat berubah? Dari takjub dan kagum, tiba-tiba malah menjadi kecewa dan menolak-Nya? Gambaran Yesus sebagai anak tukang kayu membuat para penduduk Nazaret menganggap Yesus hanya orang biasa-biasa saja, bukan seseorang yang mempunyai kedudukan atau jabatan penting. Mereka seolah-olah sudah sangat mengenal Yesus di kampung halaman-Nya sendiri. Walaupun sangat terkesan dengan kemampuan-Nya berbicara, mereka tidak menerima Yesus sebagai Anak Allah yang diurapi, tetapi mencap Ia hanyalah anak seorang tukang kayu. Mereka menilai Yesus bukanlah seorang tokoh penting, sehingga rasa percaya dan kagum menjadi luntur. Ketidakpercayaan mereka lalu ditunjukkan dengan menolak Yesus dari Nazaret. Mereka gagal melihat Yesus sebagai Anak Allah, karena terperangkap dalam pola pikir yang mereka buat sendiri mengenai latar belakang Yesus.

Dan yang lebih mengejutkan bukan terletak pada penolakan Yesus oleh para penduduk Nazaret, tetapi ketidakmampuan Yesus mengadakan mujizat di tengah-tengah mereka. Apakah Yesus tidak mampu membuat mujizat di kampung halaman-Nya? Ternyata kedangkalan iman para penduduk Nazaret sendirilah yang menyebabkan mujizat tidak bisa terjadi di sana. Meskipun mereka telah mendengar mujizat-mujizat kesembuhan yang dilakukan-Nya di kota-kota lain, mereka tak percaya bahwa Yesus punya kuasa menyembuhkan. Karena mereka tak memiliki iman, mereka membatasi-Nya agar tak melakukan mujizat ataupun kesembuhan besar.

Tanpa iman, setiap mujizat kehilangan maknanya. Dengan menolak Yesus, menunjukkan bahwa para penduduk Nazaret menutup hati untuk mendengarkan Sabda Allah. Mereka yang awalnya terkesan dengan pengajaran Yesus, menjadi tidak percaya dan menolak Yesus hanya karena penilaian yang mereka berikan kepada Yesus. Mereka membatasi Allah berdasarkan konsepnya sendiri tentang Allah, padahal bagi Allah tidak ada yang mustahil. Apakah dalam hidup ini, saya sering menilai orang berdasarkan tempat asal dan latar belakang keluarganya? ***

Leave a Comment

Perkataan yang keras

Perkataan yang keras

Di dunia ini manusia tidak dapat hidup sendiri, karena itu disebut sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, perkataan memegang peranan penting dalam interaksi antar umat manusia. Mengapa penting? Karena melalui perkataanlah orang-orang dapat mengungkapkan isi hatinya maupun menyampaikan pendapatnya. Setiap perkataan yang diucapkan bisa mempengaruhi orang lain, ada yang bisa membuat orang senang, tertawa, sedih bahkan ada pula yang bisa membuat orang menjadi percaya dan mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tersebut.

Akan tetapi perkataan Yesus mengenai roti hidup (Yoh 6:51), membuat orang Yahudi dan para murid tidak mampu mengerti apa yang dikatakan-Nya. Hal ini membuat iman mereka luntur sehingga banyak yang mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Dia. Bahkan salah satu dari kedua belas murid yang bernama Yudas Iskariot pun tidak percaya dan akhirnya mengkhianati-Nya. Padahal sebelumnya mereka telah menyaksikan sendiri begitu banyak mujizat yang telah dibuat oleh Yesus, mulai dari menyembuhkan orang sakit, memberi makan 5000 orang dan berjalan di atas air. Tetapi hanya karena perkataan keras tersebut, murid-murid menjadi tidak percaya dan bersungut-sungut.

Perkataan Yesus manakah yang keras sehingga menggoncangkan iman pada murid-murid? Bukankah Yesus mengajarkan cinta kasih dan kelemahlembutan? Kenapa perkataan Yesus bisa sekeras ini? Bagi bangsa Yahudi, perkataan Yesus diartikan secara harafiah sehingga menimbulkan berbagai macam reaksi. “Bagaimana Ia menyerahkan Tubuh-Nya untuk dimakan? Bukankah Ia anak Yusuf? Mengapa Ia 
mengatakan telah turun dari surga dan akan naik kembali ke rumah Bapa?” Reaksi-reaksi tersebut muncul karena mereka tidak bisa memahami perkataan Yesus. Bagi bangsa Yahudi, makan daging manusia adalah bentuk kanibalisme dan minum darah manusia adalah hal yang tabu bagi bangsa Yahudi. Maka perkataan Yesus dianggap omong kosong oleh mereka, karena tidak masuk akal.

Padahal jika mau dipahami berdasarkan kacamata iman, maka perkataan Yesus mau mengungkapkan cinta kasih Allah yang luar biasa kepada umat manusia. Allah mengutus Yesus ke dunia ini, 
mengorbankan Anak-Nya yang tunggal yaitu tubuh Yesus sendiri untuk keselamatan manusia. Bahkan memberikan kehidupan kekal bagi yang percaya dan mau bersatu dengan tubuh Kristus. Jadi bukan 
sekedar roti yang mengenyangkan melainkan roti hidup yang memberikan kehidupan kekal karena barang siapa makan daging Yesus, ia akan hidup oleh Yesus.

Perkataan ini juga menjadi dasar Alkitab yang menyatakan Yesus hadir di dalam Ekaristi. Roti hidup melambangkan tubuh Yesus sendiri yang dibagi-bagikan untuk manusia, merupakan ungkapan cinta 
kasih-Nya kepada umat manusia, sekaligus mengajak umat manusia agar saling mengasihi karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang saling tergantung satu sama lain. Jika demikian, 
sudahkah perkataan Yesus yang saya imani, tercermin dalam tutur kata dan perbuatan saya untuk saling mengasihi dan mau berkorban bagi sesama manusia? ***

Leave a Comment

Menangis

Menangis

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap manusia, pasti pernah menangis. Ketika seorang bayi dilahirkan ke dunia ini, ia juga menangis. Menangis berarti meluapkan perasaannya, sehingga bagi orang-orang yang sedang tertekan, dengan menangis dapat memberikan kelegaan emosi. Menangis adalah perasaan yang sangat manusiawi. Ada orang yang menangis karena sangat bersuka-cita dan berbahagia. Tetapi ada pula yang menangis karena mengalami dukacita yang mendalam, terutama apabila ada anggota keluarganya yang dipanggil Tuhan.

Di dalam Yohanes 11:33-36, Maria menangis ketika saudara laki-lakinya meninggal. Maria dan Marta amat kehilangan Lazarus, orang yang sangat dikasihinya. Ternyata bukan Maria saja yang menangis, bahkan Tuhan Yesus pun turut menangis. Tangisan ini menunjukkan ungkapan kasih mereka kepada Lazarus yang meninggal itu. Bahkan karena sangat mengasihi Lazarus dan mau memberinya kehidupan, Yesus menempuh resiko kehilangan hidup-Nya, karena perjalanan-Nya ke Betania mencerminkan makin mendekatnya perjalanan menuju salib.

Kematian orang yang dikasihi, baik orang tua atau saudara, adalah fakta yang tidak bisa dihindari. Semua orang cepat atau lambat pasti akan mengalaminya. Akan tetapi orang yang menangis dan berduka, sebaiknya tidak tenggelam dalam kesedihan, seolah-olah tidak memiliki pengharapan lagi. Kisah Yesus yang membangkitkan Lazarus yang sudah meninggal selama 4 hari, membuktikan bahwa Yesus mampu mengalahkan maut. Kemenangan Yesus atas maut juga dibuktikan melalui kebangkitan-Nya dari kematian. Yesus akan memberikan hidup lewat kematian, karena Dialah kebangkitan dan hidup. Setiap orang yang beriman seperti Marta, percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah dan percaya bahwa sesudah kematian, akan ada hidup. Maka siapapun yang hidup dan yang percaya kepada-Nya, tidak akan mati selama-lamanya, melainkan akan memperoleh kehidupan kekal.

Karunia hidup yang diberikan oleh Yesus kepada Lazarus sekaligus menunjukkan kemuliaan dan kasih Allah yang dinyatakan melalui pekerjaan Anak-Nya. Untuk itu, setiap manusia diingatkan untuk lebih mengasihi sesama dan keluarganya selagi masih hidup bersama-sama, sebab segala sesuatu akan terasa berharga kalau sudah tiada. Sebagai bahan refleksi: Dengan menangis dan berduka mengenang kematian seseorang, apakah semakin menyadarkan saya betapa berharganya kehidupan ini sehingga mau menjalani hidup ini dengan berkarya dan berbuah untuk kemuliaan Tuhan? ***

Comments (1)

Mengutamakan Allah lebih dari nyawa sendiri

Mengutamakan Allah lebih dari nyawa sendiri
Oleh: Joni

Setiap mahluk hidup pasti mempunyai naluri untuk menyelamatkan nyawanya. Saat menghadapi suatu bahaya, mereka segera refleks untuk melindungi dan menyelamatkan nyawanya. Bahkan mereka bersedia mengeluarkan segenap kemampuan dan harta bendanya demi menyembuhkan penyakit yang akan merenggut nyawanya. Nyawa sangat berharga bagi setiap orang karena kehilangan nyawa berarti mati. Maka orang rela mengorbankan segala-galanya demi mempertahankan sebuah nyawa.

Pemikiran untuk menyelamatkan nyawa juga dipahami oleh murid Yesus dengan pola pikir duniawi yaitu berdasarkan kehendak dan keinginan pada murid sendiri. Tidak mungkin Yesus yang adalah Allah akan menderita dan kehilangan nyawa-Nya. Maka murid-murid tidak bisa menerima kenyataan apabila Yesus harus menderita dan mati karena mereka mengharapkan dan merindukan Mesias yang datang adalah Mesias yang berkuasa, yang menang atas bangsa Romawi sehingga bisa menguasai seluruh dunia.

Kenapa Yesus mau menyerahkan nyawa-Nya? Bukankah itu menjurus ke arah tindakan bunuh diri? Akan tetapi, apa yang dipikirkan Tuhan, kontras berbalik dengan apa yang dipikirkan manusia. Sebagai Allah dalam rupa manusia, Yesus mengekang diri-Nya untuk menggunakan kuasa keilahian-Nya secara bebas. Yesus hidup sebagai manusia dan mengalami kematian yang paling menyakitkan di atas kayu salib untuk menggenapi rencana keselamatan dari Allah. Itulah penyangkalan diri yang terbesar sepanjang sejarah hidup manusia. Oleh karena itu Yesus menegaskan agar siapapun yang mau mengikuti-Nya hendaklah memiliki kemampuan untuk menyangkal diri dan memikul salib.

Menyangkal diri dan memikul salib berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri serta mengutamakan Allah lebih dari nyawanya sendiri. Jadi menyangkal diri dan memikul salib bukan sekedar mengalahkan ego dan kesenangan pribadi dengan cara berpuasa, berpantang merokok, berpantang melakukan sesuatu yang menyenangkan secara lahiriah, melainkan mau menyalibkan keinginan dan nafsu pribadi, bahkan bersedia mempertaruhkan nyawa demi kemuliaan Tuhan.

Maka dengan menyangkal diri, orang akan rela meninggalkan segala-galanya untuk melayani dan memuliakan Tuhan. Pemahaman inilah yang disampaikan oleh Tuhan Yesus ketika Dia menyampaikan misi kedatangan-Nya ke dunia ini. Ia sendiri mau menyerahkan nyawa-Nya bagi keselamatan umat manusia. Seluruh hidup-Nya adalah suatu penyerahan penuh untuk melakukan kehendak Bapa.

Jika Santo Paulus mengatakan ‘bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan’, apakah saya masih memilih mempertahankan nyawa demi ambisi memperoleh harta duniawi; atau mau menyerahkan nyawa untuk kemuliaan-Nya? ***

Leave a Comment

Terkejut dengan berita kelahiran Yesus

Terkejut dengan berita kelahiran Yesus
Oleh: Joni

Baru-baru ini, situs Wikileaks membuat banyak orang terkejut serta menjadi pemberitaan hangat di berbagai media massa karena memaparkan dan mempublikasi dokumen-dokumen rahasia di seluruh dunia. Kebocoran ribuan catatan rahasia laporan intelijen dari berbagai negara, membuat banyak orang terkejut dan kaget. Suatu hal atau berita yang datang tiba-tiba, biasanya membuat orang menjadi terkejut. Ada yang gembira ketika menerima kabar sukacita, ada pula yang terkejut sewaktu mendengar namanya memenangkan undian mobil ataupun rumah. Jadi ketika ada stimulus yang datang, orang bisa menyikapinya dengan emosi yang berbeda. Maka dalam keadaan terkejut, orang pun memberikan respon yang berbeda-beda. Terkejut bisa membuat orang menjadi takut dan panik, tetapi bisa pula membuat orang menjadi berhati-hati dan kemudian mempertimbangkan kabar tersebut sebelum merespon kembali. Tidak sedikit orang yang langsung merespon (tanpa mempertimbangkan kembali) ketika menerima berita bohong agar mentransfer sejumlah uang maupun pulsa telepon, karena dalam keadaan terkejut.

Begitu juga berita kelahiran Tuhan Yesus yang membuat Raja Herodes dan seluruh Yerusalem menjadi terkejut (Mat 2:3). Mengapa terkejut? Bukankah mereka mengetahui janji yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama bahwa akan datang Mesias yang akan menyelamatkan umat manusia? Tetapi ketika mendengar sendiri dari orang majus, mereka malah terkejut. Hal ini disebabkan karena mereka sendiri tidak tahu mengenai Raja orang Yahudi yang baru saja lahir. Tiba-tiba mereka kedatangan orang-orang majus dari Timur yang mengabarkan kelahiran Mesias dan datang untuk melihat bayi Yesus, yang mereka sebut sebagai Raja orang Yahudi. Maka Raja Herodes dan penduduk Yerusalem pun terkejut dan mereka tidak menyangka orang-orang majus ini bisa tahu terlebih dahulu mengenai berita kelahiran Raja orang Yahudi. Mereka juga kaget karena orang-orang majus yang tergolong bangsawan, cendekiawan dan orang bijaksana, mau menempuh jarak yang begitu jauh dengan tujuan untuk menyembah Tuhan Yesus dan memberikan persembahan kepada-Nya. Maka dalam keadaan terkejut, Raja Herodes merasa posisinya terancam dengan hadirnya seorang Anak yang baru lahir yang akan menjadi Raja orang Yahudi. Akibatnya Raja Herodes langsung merespon dengan emosi dan sangat marah, lalu menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah tersebut dan mau membunuh Anak yang baru lahir tersebut. Padahal sebagai seorang raja, seharusnya bertindak adil dan bijaksana, bukan malah melakukan sesuatu di luar akal sehat manusia karena terkejut dengan kabar kelahiran Yesus.

Apakah dalam keadaan terkejut, saya selalu mohon bimbingan Tuhan dan Roh Kudus atau malah menyikapinya dengan emosional? ***

Comments (1)

Berkat Tuhan yang melampaui segala akal

Berkat Tuhan yang melampaui segala akal
Oleh: Joni

Apakah kita sering mengeluh ketika menghadapi berbagai persoalan? Ya, seperti halnya umat Israel yang selalu bersungut-sungut ketika mengalami masalah, kita pun sering berkeluh kesah dalam hidup ini. Kita merasa tidak puas dalam segala keadaan, gaji yang tak pernah cukup, kebutuhan rumah tangga yang tak ada habisnya. Belum lagi resiko, hambatan dan rintangan dalam hidup, membuat kita semakin khawatir menghadapi masa depan kita. Akibatnya kita merasa bimbang dan putus asa. Padahal setiap hambatan dan masalah tersebut dapat diatasi, jika kita mengandalkan Tuhan Yesus di dalam segala aspek hidup kita. Read the rest of this entry »

Leave a Comment

Masihkah orang tua membelenggu anak-anaknya?

Masihkah orang tua membelenggu anak-anaknya?
Oleh: Joni

Dewasa ini, meskipun kita sudah hidup di era kemerdekaan, tetapi seringkali masih ditemukan orang tua yang “membelenggu” anaknya dalam berbagai hal. Di rumah maupun di sekolah, anak-anak harus mengikuti apa yang telah dipetuahkan. Orang tua cenderung memaksa bakat anaknya sehingga memasukkan mereka dalam berbagai macam les/kursus. Di samping itu, tidak sedikit orang tua yang mengharuskan anaknya menjadi juara kelas serta menegur mereka jika mendapatkan nilai pelajaran yang jelek di sekolah. Orang-orang dewasa telah menguasai mereka. Read the rest of this entry »

Leave a Comment

Older Posts »